1.
MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK/PROJECT
BASED LEARNING
a.
Konsep/Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based
Learning=PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran
Berbasis Proyekmerupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.Melalui PjBL, proses inquiry
dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia
nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyekmemiliki karakteristik
sebagai berikut:
1)
peserta didik membuat keputusan tentang
sebuah kerangka kerja,
2)
adanya permasalahan atau tantangan yang
diajukan kepada peserta didik,
3)
peserta didik mendesain proses untuk
menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan,
4)
peserta didik secara kolaboratif
bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan,
5)
proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
6)
peserta didik secara berkala melakukan
refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,
7)
produk akhir aktivitas belajar akan
dievaluasi secara kualitatif,
8)
situasi pembelajaran sangat toleran terhadap
kesalahan dan perubahan
Peran guru dalam Pembelajaran
Berbasis Proyeksebaiknya sebagai fasilitator,
pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai
dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik.
b.
Langkah-Langkah Operasional
Langkah
langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan
diagram sebagai berikut.
Diagram
1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Penjelasan
langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
1)
Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalamdan topik yang diangkat relevan
untuk para peserta didik.
2)
Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.Peserta didik
diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi
aturankegiatandalam penyelesaian proyek.
3)
Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar
dan peserta didik menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek. Aktivitas pada
tahap ini antara lain: (1) membuat timeline penyelesaian proyek, (2) membuat
deadline penyelesaian proyek, (3) membimbing peserta didik agar merencanakan
cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang
tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4)
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of
the Project)
Pengajar
bertanggungjawab untuk memonitoraktivitas peserta didik selama menyelesaikan
proyek, menggunakan rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
5)
Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian
dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetens, mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik terhadap pemahaman yang sudah dicapai
peserta didik, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
6)
Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada
akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Pada tahap ini
peserta didik diminta untuk mengungkapkan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi untuk memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.Peran guru
dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai
berikut.
c.
Peran
Guru dan Peserta Didik
Peran guru padaPembelajaran Berbasis Proyek meliputi: a) Merencanakan dan mendesain
pembelajaran, b) Membuat strategi pembelajaran, c) Membayangkan interaksi yang
akan terjadi antara guru dan peserta didik, d) Mencari keunikan peserta didik,
e) Menilai peserta didik dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian
dan f) Membuat portofolio pekerjaan peserta didik.
Peran peserta didik padaPembelajaran Berbasis Proyek meliputi
: a) Menggunakan
kemampuan bertanya dan berpikir, b) Melakukan riset sederhana, c) Mempelajari
ide dan konsep baru, d) Belajar mengatur waktu dengan baik, e) Melakukan
kegiatan belajar sendiri/kelompok, f) Mengaplikasikanhasil belajar lewat
tindakan dan g) Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll)
d.
Sistem
Penilaian
Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara
menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta
didikselama pembelajaran.Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Penilaian proyekpada model ini merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal
yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1)
Kemampuan pengelolaan : Kemampuan
peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
2)
Relevansi: Kesesuaian dengan mata
pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam pembelajaran.
3)
Keaslian: Proyek yang dilakukan
peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi
guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal
atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian
2.
MODEL
PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
a. Definisi dan Konsep
1. Definisi
Discovery mempunyai
prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry)
dan Problem Solving. Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada peserta
didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan
masalah. Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi peserta
didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan
dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk
akhir.
Penggunaan Discovery
Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented.
Merubah modus Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara
keseluruhan dari guru ke modus Discovery peserta didik menemukan
informasisendiri.
2. Konsep
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif
dari tiap peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta
didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana peserta
didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal
atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini
bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik
dan lebih kreatif.
Dalam Discovery Learning
bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada
akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery
Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk menjadi seorang problem
solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui
kegiatan tersebut peserta didikakan menguasainya, menerapkan, serta menemukan
hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
b.
Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Langkah-langkah dalam mengaplikasikan modeldiscovery learning di kelas adalah
sebagai berikut:
1). Perencanaan
Perencanaan pada model ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Menentukan tujuan pembelajaran
- Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal,
minat, gaya
- belajar, dan sebagainya)
- Memilih materi pelajaran.
- Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
- Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
- tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik
- Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
- Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik
2). Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan
metode Discovery Learning di
kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar secara umum sebagai berikut.
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada
tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan
dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.Dengan demikian seorang
Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik
agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan
stimulation guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah)
Data collection (pengumpulan data)
Pada saat peserta
didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para
peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.Data dapat diperoleh melalui
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
Data processing (pengolahan data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta
didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
3). Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun
non tes. Penilaian dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap,
atau penilaian hasil kerja peserta didik.Jika bentuk penialainnya berupa
penilaian pengetahuan, maka dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja peserta didik, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contoh-contoh format
penilaian sikap seperti yang ada pada uraian penilaian proses dan hasil belajar
pada materi berikutnya
3.
MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar
peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang
membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar
sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah
atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
|
a.
Konsep
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah modelpembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real
world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu modelpembelajaran
yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud.Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum
peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang
harus dipecahkan.
Adalima
strategi dalam menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (PBL) yaitu:
1)
Permasalahan sebagai
kajian.
2)
Permasalahan sebagai
penjajakan pemahaman
3)
Permasalahan sebagai contoh
4)
Permasalahan sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari proses
5)
Permasalahan sebagai
stimulus aktivitas autentik
Peran guru, peserta didik
dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai
berikut.
Guru
sebagai pelatih
|
Peserta
didik sebagaiproblem solver
|
Masalah
sebagai awal tantangan dan motivasi
|
- Asking
about thinking (bertanya tentang pemikiran)
- memonitor
pembelajaran
- probbing
(
menantang peserta didik untuk berfikir )
- menjaga agar peserta
didik terlibat
- mengatur
dinamika kelompok
- menjaga
berlangsungnya proses
|
-
peserta yang aktif
-
terlibat langsung dalam pembelajaran
-
membangun pembelajaran
|
-
menarik untuk dipecahkan
-
menyediakan kebutuhan yang ada
hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari
|
b.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran
berbasis masalah ini adalah:
1)
Keterampilan berpikir dan
keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2)
Pemodelan peranan orang
dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal
dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
-
PBL mendorong kerjasama
dalam menyelesaikan tugas.
-
PBL memiliki elemen-elemen
magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga
peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.
-
PBL melibatkan peserta
didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya
tentang fenomena itu.
3)
Belajar Pengarahan Sendiri
(self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta
didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana
informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.
c.
Model
PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
1)
Kurikulum : PBL tidak
seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di
mana proyek sebagai pusat.
2)
Responsibility
: PBL menekankan responsibility
dan answerability
para peserta didik ke diri dan panutannya.
3)
Realisme : kegiatan
peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan
sikap profesional.
4)
Active-learning
: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik
untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi
proses pembelajaran yang mandiri.
5)
Umpan Balik : diskusi,
presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik
yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6)
Keterampilan Umum : PBL dikembangkan
tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai
pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja
kelompok, dan self-management.
7)
Driving Questions
:PBL difokuskan pada permasalahan yang memicu peserta didik berbuat
menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang
sesuai.
8)
Constructive
Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus
disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
9)
Autonomy :proyek
menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
d.
Prinsip Proses Pembelajaran PBL
Prinsip-prinsip
PBL yang harus diperhatikan
meliputi konsep dasar, pendefinisian masalah, pembelajaran mandiri,
pertukaran pengetahuan dan penialainnya
Konsep Dasar (Basic Concept)
Pada pembelajaran ini fasilitator dapat memberikan konsep
dasar, petunjuk, referensi, atau link
dan skill yang diperlukan dalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat
mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Konsep yang diberikan tidak perlu detail,
diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat
mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
Pendefinisian
Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario
atau permasalahan dan dalam kelompoknya
peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstormingdengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga
dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus. ketiga, menentukan permasalahan dan
melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian
dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan
yang diambil peserta didik yang akhirnya
diharapkan memiliki gambaran yang jelas
tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan
pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya.
Pembelajaran
Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari
berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi
misalnyadari artikel tertulis di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar
dalam bidang yang relevan. Tujuan utama
tahap investigasi, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan untuk dipresentasikan di
kelas relevan dan dapat dipahami.
Pertukaran
Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman
materi secara mandiri, pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya dapat dibantu guru untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam
kelas dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan
dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini
maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft
skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek
tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
0 komentar: